JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Saham Asia jatuh, Jumat (13/5/2016), karena Wall Street menghadapi jalan berbatu, sehingga ditutup mixed pada Kamis malam waktu AS atau Jumat pagi WIB.
“Di sisi lain, yen “merawat kerugian” karena para pedagang bertaruh Bank of Japan akan menambah stimulus secara besar-besaran dalam waktu yang tak terlalu lama lagi,” ujar Reuters.
Wall Street ditutup menguat tipis 0,02% karena dipicu kenaikan indeks DJIA 0,05%, namun ditekan indeks S&P500 dan indeks komposit Nasdaq yang tergelincir 0,02% dan 0,49% karena saham Apple tergelincir ke level terendah dalam dua tahun di tengah kekhawatiran terhadap permintaan iPhone.
Indeks MSCI saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 1% dan berada di jalur penurunan mingguan untuk selama tiga minggu beruntun.
Saham Hong Kong tergelincir 0,9%, siap untuk penurunan 1,9% untuk seminggu.
Saham China memulai perdagangan di wilayah positif tapi dengan cepat merosot, dengan indeks CSI 300 turun 0,2% dan indeks komposit Shanghai kehilangan 0,1%.
Kedua indeks ini berada di jalur untuk mengakhiri minggu dengan posisi lebih rendah, setelah terpukul di awal pekan oleh kekhawatiran bahwa Beijing mungkin akan memperketat stimulus akibat masalah utang yang berlebihan.
Investor kini menunggu data pinjaman bank China pada April, output industri, investasi dan data penjualan ritel yang dirilis hari Sabtu untuk memberi mereka petunjuk lebih lanjut tentang apakah kemerosotan perekonomian China akan berkelanjutan.
Indeks Nikkei 225 memperlebar kejatuhan menjadi 1,1%, tapi masih naik 2,2% pada minggu ini.
“Meskipun investor tetap berhati-hati, mereka berpikir saham Jepang akhirnya akan mengejar ketinggalan dengan kekuatan dalam saham luar negeri seperti saham AS,” kata Isao Kubo, strategi ekuitas di Nissay Asset Management.
Saham Nissan Motor Co naik 4,8%, sementara saham Mitsubishi Motors Corp anjlok 4,7% pada Jumat, setelah Nissan setuju untuk membeli 34% saham saingan itu.
Yen melemah di sebagian besar sesi terakhir setelah secara eksplisit pejabat Jepang mengatakan kalau pemerintah kemungkinan akan mengintervensi mata uangnya.
Yen juga rusak setelah seorang akademisi terkemuka yang memiliki hubungan dekat dengan Gubernur Bank of Japan (BoJ) Haruhiko Kuroda mengatakan pada Kamis bahwa pihaknya kemungkinan akan memperluas stimulus moneter pada Juni atau Juli.
Dolar tergelincir 0,2% terhadap yen ke 108,7800/yen setelah sempat mencapai level tertinggi dalam dua pekan di 109,4000/yen semalam, bergerak jauh dari level terendah dalam 18-bulan di 105,5500/yen yang disentuh pada 3 Mei.
“USD/JPY bergeser kembali ke 109,0000/yen semalam, kemungkinan karena lega melihat kebijakan pejabat Jepang,” kata Angus Nicholson, analis pasar IG, .
Kenaikan Yield Treasury AS membantu mendukung greenback, setelah dua pejabat Federal Reserve mengatakan pada Kamis bahwa bank sentral AS tetap di jalur untuk menaikkan suku bunga tahun ini, meskipun tidak memberi petunjuk pada timeline untuk kebijakan pengetatan.
Minyak mentah berjangka tergelincir, terbebani oleh dolar dan peringatan Rusia bahwa pasokan minyak mentah global yang berlebih dapat bertahan hingga tahun depan.
Minyak mentah AS turun 1,3% menjadi US$46,11 per barel, bergerak menjauh dari level tinggi dalam enam bulan di US$47,02 per barel yang disentuh pada Kamis, tapi masih di jalur untuk kenaikan mingguan sebesar 3,3%.
Minyak mentah Brent turun 0,9% menjadi US$47,64 per barel, dan siap untuk mendapatkan 5% minggu ini.
Menguatnya dolar juga menggelamkan emas yang mengalami penurunan mingguan terburuk dalam tujuh minggu.
Spot emas pulih 0,3% menjadi US$1.266,86 per ounce pada Jumat, menyusul penurunan 1,1% pada sesi sebelumnya, dan berada di jalur untuk kerugian mingguan sebesar 1,7%. (man)