JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Uni Eropa kini tengah menuntut Inggris membatalkan rencananya mengubah kesepakatan Brexit Boris Johnson “pada akhir bulan” atau berisiko membahayakan pembicaraan tentang perdagangan.
Sebelumnya Inggris menerbitkan RUU untuk menulis ulang bagian dari perjanjian penarikan yang ditandatangani pada Januari lalu.
UE mengatakan ini telah “merusak kepercayaan secara serius” dan UE tidak akan “malu” untuk menggunakan tindakan hukum terhadap Inggris.
- Brexit Deal, Boris Johnson Merayakan
- Brexit: “Nol tarif, nol kuota” dengan Uni Eropa
- AS Dukung Brexit dan Siap Jalin Kerja Sama dengan Inggris
Tetapi menteri kabinet Michael Gove mengatakan Inggris telah membuatnya “sangat jelas” tidak akan menarik RUU tersebut.
Pemerintah mengatakan Parlemen berdaulat dan dapat mengesahkan undang-undang yang melanggar kewajiban perjanjian internasional Inggris.
Sementara itu, pembicaraan perdagangan antara pejabat Inggris dan UE berlanjut di London.
Sumber kekhawatiran Uni Eropa adalah RUU Pasar Internal yang diusulkan Johnson, yang diterbitkan pada hari Rabu (10/9/2020).
Ini membahas Protokol Irlandia Utara – sebuah elemen dari perjanjian penarikan yang dirancang untuk mencegah perbatasan keras kembali ke pulau Irlandia.
RUU itu mengusulkan tidak ada pemeriksaan baru atas barang yang dipindahkan dari Irlandia Utara ke Inggris Raya. Ini memberi para menteri Inggris kekuatan untuk mengubah atau “menolak” aturan yang berkaitan dengan pergerakan barang yang akan berlaku mulai 1 Januari, jika Inggris dan UE tidak dapat mencapai kesepakatan perdagangan.
Penerbitan RUU tersebut mendorong pembicaraan darurat antara menteri Kantor Kabinet Michael Gove dan Maros Šefčovič, Wakil Presiden Komisi Eropa. (bbc/mulia)