JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Jean-Claude Juncker dan Donald Trump mungkin memiliki lebih banyak kesamaan daripada yang terlihat selama ini, terutama setelah perang dagang AS- China yang mendapat rekasi keras global.
‘Tarif perdagangan adalah yang terbesar’, kata Presiden Donald Trump sebelum pembicaraan penting antara AS-Uni Eropa, Rabu (25/7/2018) untuk mencegah perang dagang habis-habisan.
Pesan yang tidak menyenangkan untuk Presiden Dewan Uni Eropa, Jean-Claude Juncker, saat ia menuju ke Washington. Kedua belah pihak telah menampar tarif pada miliaran dolar impor untuk berbagai produk, tetapi lebih banyak yang dipertaruhkan.
Apakah mereka akan naik?
Pada pandangan pertama, kedua pria itu tampak seperti kapur dan keju, tetapi ada banyak kesamaan. Keduanya melihat diri mereka sebagai pembuat kesepakatan yang sempurna dengan sentuhan pribadi.
Tidak dikenal karena menempel pada skrip yang disiapkan oleh penasihat mereka. Masing-masing mengatakan bahwa hubungan dengan Rusia harus dikurangi konfrontatifnya.
Pada KTT G7 di Kanada, Donald Trump menggambarkan Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker sebagai ‘pembunuh brutal’.
Dan Mr Juncker menjawab bahwa itu tidak biasa bagi seseorang dari Luksemburg untuk diperlakukan sebagai ancaman.
Mengapa mereka bertemu?
Uni Eropa dan AS terlibat dalam perang dagang, meskipun Brussels tidak akan pernah menggambarkannya seperti itu.
Pemerintah AS telah menerapkan tarif 25 persen pada impor baja dari Uni Eropa dan 10 persen pada aluminium, itu terkait klaim Trump untuk keamanan nasional AS yang terancam. (bbc/caca)