HORAS. Para penikmat lagu dari Folk sounds of Sumatra….! Video di atas adalah duplikat dari video yang sebenarnya untuk lebih memperjelas bahwa sebagian isi dari volume 2-nya adalah Ungut-ungut Angkola / Mandailing.
Ungut- ungut adalah sebuah seni tradisional daerah Tapanuli Selatan (sumut) yang menyampaikan pesan dan kesan tentang kehidupan sehari- hari masyarakat setempat. Dan terkadang bermakna meratapi kepiluan kemiskinan.
Ungut- ungut ini sering dilantunkan seseorang ketika ia akan pergi ke hutan atau kebun ataupun ke-sewah atau untuk marmahan horbo (ngemong kerbau) di padang rumput yang sangat luas nan jauh dari perkampungan. Suasananya super hening.
Ada juga Horja Boru. Musiknya dan lagunya hampir sama walau isinya berbeda.
Hanya saja, Horja ini lebih mengetengahkan harapan dan puji-pujian kepada sang keluarga mempelai dan berharap kedua mempelai menjadi seorang panutan bagi semua orang kelak.
Tapi yang istimwa lagi, kedua mempelai ini diharapkan maranak marboru atau beranak (anak laki) 16 dan marboru (anak perempuan) 17. Dan kekayaan adat ini abadi sampai sekarang. Nah soal biaya untuk horja boru? Besar tentunya. Paling tidak Rp500 juta untuk tayang 3 hari tiga malam non stop.
Mahal memang . Tapi jika seseorang sudah menghorjakan anaknya, maka ia akan diberi gelar raja atau baginda. Tradisini juga terus dikumandangkan anak-anak perantauan asal Tapsel di ibu kota Jakarta. Mereka adalah Parlindungan Siregar dkk.
Dari sisi ekonomi, pegelaran kesenian ini menjadi daya tarik wisata di daerah setempat. Bahkan adat ini dijadikan oleh pemerintah setempat sebagai salah satu sajin menyambut tamu- tamu istimewanya. Cuma belum sesukses Bali.  Horas. (*)
[youtube url=”www.youtube.com/watch?v=wVa_JwOdQ5E” width=”500″ height=”300″]