JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Demonstran antipemerintah Thailand memasang plakat yang menyatakan Thailand “milik rakyat (bukan milik raja)”, ini bentuk perlawanan yang berani terhadap monarki negara itu.
Plakat itu diletakkan di dekat Grand Palace Bangkok sebagai tantangan terbaru untuk Raja Thailand Maha Vajiralongkorn.
Protes yang dipimpin mahasiswa yang menyerukan reformasi monarki dan sistem politik negara telah berlangsung sejak Juli 2020.
- Raja Thailand Gelar Permaisuri Sineenat
- Raja Thailand Pecat Enam Pajabat Istana
- Raja Thailand: “Sineenat Tak Setia”
Protes selama akhir pekan adalah yang terbesar dalam beberapa tahun, dengan ribuan menentang pihak berwenang untuk menuntut perubahan.
Pihak berwenang mengatakan 18.000 orang bergabung dalam demonstrasi hari Sabtu, meskipun yang lain memberikan angka yang lebih tinggi. Banyak yang tetap melanjutkan protes hingga hari Minggu, sebelum bubar.
Seruan mereka untuk reformasi kerajaan sangat sensitif di Thailand, di mana kritik terhadap monarki dapat dihukum dengan hukuman penjara yang lama.
Para pengunjuk rasa juga menuntut pengunduran diri Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha, yang mengambil alih kekuasaan dalam kudeta 2014 dan memenangkan pemilihan yang disengketakan tahun lalu.
Pada Minggu (20/9/2020), aktivis mahasiswa mengokohkan “Plakat Rakyat” di dekat lapangan yang dikenal sebagai Sanam Luang, atau Lapangan Kerajaan.
Plakat tertanggal 20 September 2020 bertuliskan dalam bahasa Thai: “Rakyat telah menyatakan niat bahwa negara ini milik rakyat, dan bukan raja.”
Penyelenggara mengatakan plakat itu adalah pengganti tanda lain yang menandai berakhirnya monarki absolut pada 1930-an, yang hilang pada 2017. (mulia)