JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Dasar tahun politik. Apa saja dipolitisasi orang. Jangankan orang di Senayan sana. Rakyatpun sudah semakin garang main politik ceplas- ceplos menganilasi setiap kebijakan pemerintah.
Soal kenaikan harga gas elpiji 12 KG sebesar 68%. Komentar ibu- ibu rumah tangga kian pedas. Ada yang menuding bahwa ada elit yang mencari keuntungan politik dalam kenaikan harga elpiji itu.
Namun tudingan itu belum tentu benar adanya. Namanya juga ibu- ibu. Mereka rada stres karena pengeluaran makin besar, terlebih kenaikan elpiji menambah beban konsumen menyusul kenaikan harga produk lainnya.
“Nah ini kan tahun politik. Pertamina menaikkan harga elpiji hingga 68%. Logikanya karena Pertamina rugi. Tapi ingat. Bos Pertamina (Karen Agustiawan) tidak mungkin berani menaikkan elpiji kalau tidak diamini pemerintah pusat. Emang rakyat goblog apa?,” tandas Ny Meliana, ibu rumah tangga saat ditemui di pasar Ciracas Jakarta Timur, pada Senin (6/1/2014).
Lantas di mana dan siapa yang mengambil keuntungan dari kenaikan itu? “Yah ….partai pengausalah. Mbak wartawan- kok nggak tahu? Kan partainya terpuruk,” tambahnya sembari mengerutkan keningnya.
Lalu modusnya? “Nah dinaikkanlah harga elpiji 12 Kg. Trus tadi malam kan Presiden SBY di tv bilang menteri- menteri harus berkordinasi. Terus dievaluasi harganya 1×24 jam. Nah, otomatis menteri sama bos Pertamina- manut apa saja yang diperintah presiden. Ini yang saya duga partainya Pak SBY ingin mendapat untung dari kenaikan harga elpiji ini. Ya memulihkan nama baik. Kan anak buahnya banyak terlibat korupsi,” papar ibu 4 orang anak itu.
Sementara itu, ibu rumah tangga lainnya mengatakan bisa saja itu benar dan bisa juga tidak. “Ya namanya mengira- ngira. Bisa benar bisa juga salah. Tapi mudah- mudahan perkiraan ibu itu salah,” ungkap Ny Fitriani, mengaku warga Otista saat ditemui di Pasar Jatinegara, Senin (6/1/2014) pagi ini. “Tapi nggak mungkinlah presiden menyengsarakan rakyatnya. Dia kan dipilih. Saya rasa niat pak presiden meninjau ulang harga itu karena kasihan rakyat,” imbuhnya.
Tapi Abdul Hanafi, pedagang daging menimpalinya yang lebih keras. “Kalau benar Presiden SBY tidak diberitahu rencana kenaikan elpiji 12 Kg itu, pecat dong. Jangan cuma dievaluasi. Lagian Pertamina yang rugi, kok rakyat yang dibabat. Hukum apatuh- hukum rimba!,” tegasnya.
“Jadi jangan mentang- mentanglah. Bentar naikin ini, naikin itu. Rakyat juga tidak tahu persis apa benar Pertamina rugi atau untung pada bisnis elpiji ini. Dia (Pertamina) kan tidak pernah umumkan biaya produksinya. Jangan- jangan dia cuma ngarang untuk mengeruk uang rakyat. Kasihanilah rakyat dong,” imbaunya.
Sebelumnya, Vice President Corporate Pertamina, Ali Mundakir, menyatakan harga elpiji non subsidi 12 Kg naik per 1 Januari 2014, menyusul kerugian bisnis dalam enam tahun terakhir mencapai Rp22 triliun. (dewi/friz)