MEDAN, CITRAINDONESIA.COM- Dinas Kesehatan dan Dinas Pertanian Sumatera Utara diminta meneliti kualitas sayur – mayur yang beredar di sekitar Kota Medan. Umumnya sayuran dari Tanah Karo dan sekitarnya tengah berdebu vilkanik- muntahan Gunung Sinabung.
“Payah ini bah. Sayuranku berdebu semua ini. Gak laku,” ujar Salasa Sinulingga, pedagang pasar Petisah Medan, Selasa sore (26/11/2013) begitu menerima kiriman partnernya di Berastagi.
Ayah lima orang anak ini pun kebingungan. “Dipulangkan bayar ongkos. Saya jual di sini gak begitu laku. Yang kemaren jadi makanan pinahan (babi) dan ikan. Rugi saya,” keluhnya.
Senada dengan Tiara boru Sibuea. “Ya mau diapain lagi. Barang udah sampe sini. Tapi aku sudah sms pemasok di Tanah Karo. Katanya dia mau dibayar seadanya. Kan kasihan mereka masih di tenda pengungsian,” ujarnya prihatin.
Memang kulitas sayuran di Medan ini sudah sekian buruk. Berdebu. Dan langka pula. Harga melambung tentunya. “Biasalah. Harga pasti naik kalau tidak kiriman dari petani,” kata Abdul Jaman Hasibuan, toke sayur lainnya.
Tapi Abdul pun meminta Gubernur Sumut menurunkan Tim dari Dinas Kesehatan dan Dinas Pertanian meneiliti sayuran itu.
“Apakah masih sehat dikonsumsi atau tidak. Vulkanik ini kan kata orang bercampur belerang. Takutnya rakyat sakit. Jadi menurut saya pak gubernur harus lihatlah rakyat ini,” pintanya.
Tak cuma di pasar Petisah, Pasar Kota Medan juga kelangkaan sayur. Dan tentunya hal itu akan berdampak pula ke Pulau Jawa, seperti Pasar Induk Kramat Jati (Jakarta Timur).
“Ini kan gara- gara erupsi Gunung Sinabung. Pasokan cabai rawit merah, hijau, cabai keriting, tomat, kol, jahe, sawi turun drastis. Sudah dua minggu saya tidak terima kiriman. Yang ada sekarang dapat dari Tanjung Balai,” ujarnya.
Menurut catatannya, di Pasar Kota Medan tren harga harga hortikultura sudah naik signifikan. Misalnya Cabai merah antar Rp59.500 hingga Rp62.000/kg. 3 Bulan lalu cuma Rp25.000/kg. Tomat naik dari Rp4.000 menjadi Rp11.400/kg, .
“Pasokan pun merosot. Cabai biasanya saya dapat 1 ton tiap hari. Ini belum tentu ada lagi yang datang. Tapi kalaupun ada paling 200 kg. Pun Tomat, biasa 1,5 ton sekarang paling 300-an kg. Pokonya sengsaralah. Gimana mau Natal dan Tahun Baru,” keluh para pedagang ini. (henry)