JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Jakarta menjaring sekitar 6.000 gelandangan dan pengemis selama dua pekan penertiban PMKS (penyandang masalah kesejahteraan sosial) di berbagai wilayah di Ibukota.
Petugas kini sedang memburu koordinator para gelandangan dan pengemis tersebut, karena diduga mereka tidak masuk Jakarta secara sendiri-sendiri.
“Mereka yang terjaring itu berasal dari Tangerang, Banten, serta kota-kota lainnya di Jawa Barat dan Jawa Tengah,” jelas Kepala Satpol PP DKI Kukuh Hadi Sentosa kepada wartawan di Balaikota DKI Jakarta, Kamis (17/7/2014).
Ia menyebutkan, selama Ramadan, pihaknya memang menggelar Operasi Simpatik guna mengatasi membludaknya para gelandangan dan pengemis.
Ini memang lazim terjadi. Karena bulan Ramadan merupakan bulan suci dimana umat Islam lebih ringan dalam bersedekah, pengemis membanjir untuk menangguk rejeki. Mereka tak hanya mangkal di pusat-pusat keramaian seperti perempatan jalan, pasar, namun juga di masjid-masjid.
Kukuh mengatakan, selama razia, pihaknya menyisir lokas-lokasi yang ditengarai merupakan kantong-kantong gelandangan dan pengemis. Hasilnya, 6.000 orang terjaring.
“Sekarang kita sedang mengejar koordinatornya,” kata dia.
Membludaknya pengemis dan gelandangan di Ibukota setiap Ramadan dan menjelang sebenarnya penyakit lama yang selalu berulang setiap tahun.
Pendatang itu seperti tak peduli kalau Pemprov DKI Jakarta punya Perda tentang Ketertiban Umum yang akan memberikan sanksi kepada warganya yang memberi sedekah kepada pengemis di ruang-ruang publik. Termasuk jalanan dan pasar. (chan)