JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Implementasi industri 4.0 diyakini mampu meningkatkan ekspor makanan dan minuman (Mamin) olahan nasional hingga empat kali lipat, dari target tahun ini USD12,65 miliar menjadi USD50 miliar di 2025. Karenanya, Kementerian Perindustrian menyiapkan tahapan strategi guna mencapai sasaran tersebut sesuai peta jalan Making Indonesia 4.0.
‘Di dalam roadmap, telah ditetapkan bahwa industri makanan dan minuman merupakan satu dari lima sektor manufaktur kita yang sudah siap dan tengah diprioritaskan pengembangannya untuk menjadi pionir memasuki era revolusi industri 4.0 di Tanah Air’, kata Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Kemenperin Abdul Rochim mewakili Direktorat Jenderal Industri Agro pada acara Workshop Pendalaman Kebijakan Industri dengan Wartawan di Yogyakarta, Kamis (30/8/2018).
Rochim menyebutkan, pihaknya sedang menyusun rencana aksi dan rancangan insentif teknologi terkait implementasi industri 4.0 untuk produsen makanan dan minuman olahan dalam negeri. ‘Tahun depan, kami akan melaksanakan kegiatan pelatihan ekspor, temu bisnis dan promosi investasi bagi industri agro’, tuturnya.
Periode tahun 2019-2020, Kemenperin bakal melakukan perbaikan alur aliran material, menetapkan pilot project, dan memfasilitasi bantuan cyber-physical systems dalam rangka penerapan industri 4.0 di sektor penghasil produk makanan dan minuman olahan.
‘Jadi, pada 2021, implementasi industri 4.0 diharapkan bisa mengurangi ketergantungan impor produk pertanian serta produk makanan dan minuman olahan, seperti beras, ayam, gula, makanan laut olahan, cokelat, tepung kanji, serta buah dan sayur olahan’, paparnya.
Kemudian, tahun 2025, industri makanan dan minuman nasional dibidik menjadi pemimpin di pasar makanan kemasan sederhana hingga medium di tingkat Asean. Produk yang difokuskan, antara lain air minum dalam kemasan, mi, teh siap saji, dan kopi.
‘Pada 2030, Indonesia ditarget menjadi lima besar eksportir untuk industri mamin di tingkat global,” imbuhnya. Rochim pun mengungkapkan, saat ini 30 persen industri makanan dan minuman di Indonesia telah menerapkan teknologi industri 3.0. Sedangkan, sejumlah perusahaan besar sudah menerapkan industri 4.0 di beberapa bagian lini produksi’, ujarnya. (linda)