JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Ribut- ribut soal importasi Beras, ternyata menjadi perhatian masyarakat. Mereka malah bertanya- tanya. Ada apa gerangan? Mengapa muncul silang pendapat berujung gaduh antar pembantu Presiden Joko Widodo atau Jokowi? Apakah para menteri atau pimpuinan lembaga itu sudah lupa perintah Presiden Joko Widodo yang sudah berulangkali supaya tidak ada yang bikin gaduh? Di mana Jokowi dalam rapat kabinet meminta para menteri harus lebih meningkatkan pelayanan kepada masyarakat… bukan gaduh!
Menanggapi hal itu, Meliana Rumahorbo, pengamat masalah perberasan ibu kota, Minggu (16/9/2018) mengatakan: ‘Bulog dan Kementan tampaknya yang paling menolak program importasi Beras itu. Karena mengklaim stok dan pasokan beras kita ke pasaran cukup banyak, harga juga stabil. Mereka merasa pemerintah tak perlu lagi mengimpor Beras. Tapi hasil Rapat Menko Perekonomian Darmin Nasution, diikuti para menteri ekonomi dan lembaga memutuskan Indonesia harus impor Beras 500,000 ton, untuk memperkuat cadangan di dalam negeri karena musim kemarau panjang saat itu. Tapi kesepakatan itu kemudian seperti diciderai dan ditolak pihak tertentu. Itu kan bagai bara dalam sekam. Itu akar masalahnya, tapi saya heran, kenapa dalam rapat Menko Perekonomian semuanya setuju. Tapi usai rapat ada lagi yang tidak setuju.. itulah yang bikin gaduh. Artinya menteri ekonomi ini gak kompak. Beda dengan menteri bidang hukum termasuk TNI-Polri yang selalu kompak. Lihat Asian Games XVIII berjalan aman. Itu harus ditiru menteri- menteri ekonomi. Jadi negara harus selalu hadir melindungi rakyat’, tegasnya.
Sekedar tahu, Dirut Perum Bulog Budi Waseso (Buwas) dan Mentan Amran Sulaman sidak di pasar Induk Kramat Jati dan berlanjut ke Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) Jakarta Timur, Jumat (14/09/2018). ‘Hingga September 2018, rata-rata 5000 ton beras diserap Bulog, saat ini stok mencapai 2,7 juta ton, sedang panen padi, masih terus berlangsung’, ungkap Budi Waseso.
- Mentan Bahagia Stok dan Pasokan Beras Aman
- Buwas: Beras Melimpah, Bulog Sewa Gudang Tampung 500.000 Ton
- Weleh- weleh Enggar di- Bully Dalam Lika-liku Impor Beras
Itu dibenarkan oleh Dirut PIBC Arief Prasetyo. Dia menyatakan pasokan beras terakhir di PIBC masih normal mulai pagi hingga menjelang siang ini 4700 ton. Di mana stok beras gudang PIBC 47000 ton, jauh di atas standar normal 22.000 hingga 25.000 ton.
Amran Sulaiman juga menegaskan: ‘Kondisi itu bukan kebetulan. Ini sudah 3 tahun kita lakukan bersama petani, kerja-kerja-kerja, ini buktinya. Dulu setiap tahunnya target luas tanam itu hanya 500.000 hektar, akibatnya setiap musim kering dan di awal tahun selalu harga beras bergejolak dan menyumbang inflasi’, ujarnya yang tampak bahagia saat sidak bersama Dirut Perum Bulog, Budi Waseso, Jumat (14/9/2018) di Jakarta.

Nah, dari seberang sana, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam beberapa kali bertemu wartawan menyatakan bahwa impor beras itu adalah untuk persedian di dalam negeri bila sewaktu- waktu dibutuhkan untuk konsumsi masyarakat kita. Begitu Enggar mengejawantahkan hasil rapat para menteri ekonomi di bawah Menko Perekonomian Darmin Nasution itu.
Menanggapi polemik impor Beras itu, para pedagang mengatakan dukungannya kepada Enggartiaso Lukita hingga darmin Nasution, Menko Perekonomian RI yang meloloskan impor Beras 500.000 ton. Bahkan juga mendukung rencana importasi yang 2 juta ton berikutnya.
‘Pemerintah wajib menyediakan Beras dan bahan pangan yang cukup bagi masyarakat. Itu harga mati- dan diatur dalam UU Konstitusi dan UU 1945. Ini demi perut rakyat loh. Kalau perut kosong- negeri ini chaos. Jadi bagi rakyat, bukan masalah Beras dikonsumsi itu harus produksi petani atau impor. Itu tidak penting. Intinya bagi rakyat Beras banyak, harga terjangkau dan bisa dibeli setiap waktu sehingga rakyat selalu ngebul. Tuh maunya rakyat. Jadi gak perlulah ribut- ribut. Kan kata Pak Presiden Jokowi kepada pembantunya supaya jangan gaduh. Nah, klo pembantunya masih ribut yooo itu urusan Pak Jokowi- harusnya sih para pembatunya patuh dong. Moso Presiden tidak dipatuhi?’, ujar H Jajuli, salah satu pedagang beras ditemui di Jakarta, menimpali Meliana, Minggu (16/9/2018).
Senada dikatakan Ny Aisyah. ‘Klo ibu- ibu itu kan maunya semuanya murah- murah. Beras juga murah supaya tidak terlalu memberatkan, kan pendapatan suami juga sedikit, kebutuhan semakin banyak. Juga buat anak- anak sekolah’, katanya.
Mengenai ribut- ribut beras impor bu? ‘Beras mah dari mana juga gak masalah. Kita ibu- ibu maunya sih Beras itu ada setiap saat… itu aja. Mau beras impor, atau beras lokal kan sama. Rakyat mah tetap beli, gak ada kan makan gratis kan mas yaa. Tapi kalau kemarau ini katanya beras petani gak cukup untuk rakyat,,, ya impor lah. Masa kita mau mati kelaparan sama pemerintah. Nah, kalau tadi ditanya apakah setuju beras impor- saya bilang setuju 100%. OK gak masalah selama stoknya kita kurang. Terus kalau soal ribut- ribut impor sih, sebagai rakyat saya boleh juga minta Pak Jokowi, bicaralah yang tegas supaya para pembantunya tidak silang pendapat dalam melayani rakyat juga dalam hal pengadaan Beras untuk hak hidup rakyat. Yaa supaya rakyat juga tidak bingung’, ujar pegawai swasta ini.
Sebelumnya menjawab ribut- ribut importasi beras sebanyak 500.000 Ton dari Vietnam belum lama ini, adalah sebagai imbas dari kasus El Nino tahun 2017. Menko Perekonomian Darmin Nastuion menyatakan, bahwa pemerintah dan instansi tertentu salah membuat perhitungan atau prediksinya.
‘Pada 2017, kami tadinya memang yakin. Menteri teknisnya mengatakan siap, panen akan banyak. Ternyata, Oktober 2017, tahu-tahu meledak itu harga beras. Itu sebabnya kita siapkan impor supaya jangan sampai ada masalah dengan pangan. Karena kalau panen maret 2018 jelek dan tidak ada impor, bisa chaos’, ungkap Darmin kepada wartawan.
Selain itu, lanjutnya, faktor utama lainnya menyebabkan importasi beras dibuka karena Perum Bulog, sebagai penyangga stok, kala itu tidak mampu merealisasikan target serapan gabah petani. Untuk itu kata dia pemerintah berencana menerbitkan lagi izin importasi beras.
‘Kenapa sekarang kami putuskan impor 2 juta ton? Karena Bulog sampai Juni (2018) ini diberikan target serapan 2,2 juta ton. Tapi kan pembelian Bulog di dalam negeri tidak bisa bohong. Sampai Maret, angka serapan cuma 300 ribu ton dan sampai hari ini, beras serapan Bulog dari dalam negeri itu tidak sampai 900 ribu ton’, terangnya.
Karenanya, Darmin Nasution, memastikan situasi perberasan kita tidak kondusif seperti diharapkan sehingga tidak ada jalan lain selain membuka impor. Jadi bila tidak impor Beras, maka kebutuhan rakyat di dalam sampai akhir tahun 2018 tidak terpenuhi dan pasokan terganggu serta harga bisa gonjang- ganjing juga.
‘Ada menteri kita yang bilang cukup, stok cukup, bilang lebih malah, tapi hasilnya apa?’, sindir mantan Gubernuh Bank Indonesia itu mengakhiri. (friz/mulia/caca)