AUSTRALIA, CITRAINDONESIA.COM- PM Tony Abbott mengatakan dirinya sudah menulis surat balasan untuk Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono.
Surat ini kata dia, sebagai usaha untuk memperbaiki ketegangan diplomatik diantara kedua negara menyusul kasus penyadapan telepon.
Indonesia menuntut Australia menjelaskan mengapa menyadap telepon Presiden Yudhoyono dan isterinya serta sejumlah kalangan dalamnya pada tahun 2009.
Kamis lalu (21/11/2013) di Parlemen Abbott mengatakan dirinya telah menerima surat dari Presiden Indonesia.
Pengakuannya diungkapkan sehari setelah Indonesia menghentikan kerjasama militer dan intelijen dengan Australia, dengan marah Yudhoyono mengumumkan ia akan menulis ke Abbott menuntut penjelasan resmi mengapa mata-mata Australia menyadap teleponnya.
“Hari-hari baik (dalam hubungan bilateral Indonesia – Australia) akan datang dan begitu juga hari yang lebih baik. Namun tekad saya adalah memastikan hubungan dengan Indonesia terus membaik dan saya selalu menghormati Presiden Yudhoyono, yang telah menjadi sahabat baik dengan Indonesia – salah satu teman terbaik yang dimiliki Australia,†katanya, seperti dilansir dari ABC online, Sabtu (22/11/2013).
Secar terpisah, Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha mengakui bahwa Presien SBY sudah menerima surat dari PM Australia Tony Abbot.
“Tadi sekitar pukul 11.00 WIB atau 12.00 WIT,” kata juru bicara kepresiden Julian A Pasha kepada wartwan, Sabtu (23/11/2013).
Namun Julian mengakui tidak tahu persis sepertti apa isi surat balasan dari Abbott tersebut. Lagi pula Presiden, kata JUlian tidak memberitahu isinya.
Presiden SBY ketika menerima surat itu Tony Abbot, didampingi Mensesneg Sudi Silahahi dan Menlu Marty Natalegawa.
Kritik pedas:
Sebelumnya, mantan PM Julia Gillard dalam wawancaranya dengan CNN mengatakan Abbott seharusnya berjanji insiden penyadapan terhadap Yudhoyono tidak akan terjadi lagi di masa depan.
Dalam wawancara panjangnya, Gillard diminta merespon kebuntuan diplomatik atas tuduhan penyadapan telepon yang terjadi tahun 2009 – sebelum menggantikan Kevin Rudd sebagai Perdana Menteri.
Gillard mengatakan dirinya tidak pantas mengomentari pertanyaan terkait kegiatan intelejen, tapi dia mendorong upaya yang telah dilakukan Presiden Obama dalam menangani tuduhan serupa kalau Amerika memata-matai Konselir Angela Merkel.
“Jika dia (Obama) mengakui dia tidak akan memerintahkan aksi tersebut, dan dia tentu saja mengatakan di masa depan hal tersebut tidak akan terjadi lagi,†katanya.
“Dan menurut saya itu adalah respon yang tepat dari Australia terhadap Indonesia dalam masa sulit seperti sekarang ini.†pungkasnya. (ling/abc)