JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Selalu tampik ganas dan tidak tebang pilih. Sedikitnya 8000 mafia Narkoba tewas dutembak mati selama pemerintahan Presiden Filipina Rodrigo Duterte.
Sejak menjabat tahun 2016, Rodrigo Duterte menyatakan perang dengan barang haram tersebut, kata PBB dilansir dari bbc Jumat (5/6/2020).
Namun ketegasannya juga menjadi bumerang karena menerima kecaman keras bertubi-tubi pada pemerintahnya.
- “Kepala Anti Narkoba Filipina Tak Sekejam Duterte”
- Presiden Duterte Berang Usir Diplomat Eropa Dalam 24 Jam
- Presiden Duterte Bunuh Anaknya Bila Terbukti Bisnis Narkoba
Penumpasan obat-obatannya ditandai oleh retorika tingkat tinggi yang dapat dilihat sebagai “izin untuk membunuh”, kata laporan itu, mendesak penyelidikan independen.
Pemerintah di masa lalu telah menolak semua kritik terhadap kebijakannya dan menyangkal pembunuhan itu ilegal.
Angka resmi menunjukkan lebih dari 8.000 orang tewas dalam perang melawan narkoba sejak Duterte menjabat pada 2016. Perkiraan lain menyebutkan angka itu tiga kali lebih tinggi.
Laporan tersebut menemukan bahwa sebagian besar korban adalah laki-laki muda miskin perkotaan dan bahwa polisi, yang tidak perlu mencari atau menangkap surat perintah untuk melakukan penggerebekan rumah.
Juga secara sistematis memaksa tersangka untuk membuat pernyataan yang memberatkan diri sendiri atau risiko menghadapi kekuatan yang mematikan. (oca)