BALI, CITRAINDONESIA.COM- Duka menaungi keluarga Wayan Sujana, pemuda 24 tahun yang ikut menjadi korban jatuhnya pesawat Malaysia Airlines (MAS) MH-17 yang jatuh di Donetsk, Ukraina, akibat dirudal kelompok pemberontak di negara itu.
Wayan ke Belanda untuk kondangan ke pesta pernikahan rekannya, namun ia takkan pernah pulang lagi ke rumahnya di Dusun Banyuwedang, Desa Pejarakan, Kecamatan Gerokgak, Buleleng, Bali, karena pesawat yang ditumpanginya itu meledak di udara dan sepihannya menghantam bumi dari ketinggian 10 km.
Adik korban, Kadek Sukerti, mengaku, sebelum peristiwa tragis itu kakaknya sempat menghubung dirinya melalui telepon.
“Dia sempat memberi kabar akan pulang hari Kamis,” kata Sukerti sambil tersedu, Sabtu (19/7/2014).
Sujana sesungguhnya berasal dari keluarga yang kurang mampu. Kepergiannya ke Belanda difasilitasi oleh Benoit Chardome, bosnya yang asal Belgia, dan keluarga mengizinkan kepergiannya.
Sukerti menuturkan, saat kakaknya pergi hingga berita tentang jatuhnya pesawat itu diterima, ia dan keluarga tak memiliki firasat apa pun.
“Sesuai keyakinan kami, Hindu, keluarga telah meminta pertolongan ‘orang pintar’ untuk memohon kekuatan dan meminta petunjuk untuk memastikan kondisi dan keberadaan kakak saya. Keluarga, terutama orangtua, masih sangat syok,” imbuhnya dengan suara bergetar.
Kepala Desa Pejarakan, Made Astawa, mengatakan, hingga kini belum ada kabar dari pihak berwenang terkait kondisi korban.
Dia mengaku telah berkoordinasi dengan kecamatan dan kepolisian guna membantu mencari informasi dan kebenaran kepastian nasib warga Buleleng itu.
“Kami berharap agar pemerintah membantu keluarga korban karena merupakan warga kurang mampu,” katanya. (bud)