JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Ancaman perang dagang oleh Presiden AS, Donald Trump semakin meluas. Kini Indonesia bakal disasarnya dan bahkan sudah diperingatkan.
‘Trump sudah memberi kita warning. Kita bicara sama dia mengenai beberapa aturan special treatment tarif yang dia kasih ke kita mau dicabut, terutama tekstil’, kata Ketua Tim Ahli Wakil Presiden Sofjan Wanandi saat halalbihalal Apindo di Jakarta, Kamis (5/7/2018).
Sebelumnya, Trump menhenakan tarif bea masuk impor Baja 20 persen dari China dan Aluminium 10 persen. Namun akhirnya Trump memperluas sanksinya ke produk lainnya bernilai triliunan rupiah. Dan gilanya, Trump tak peduli dengan aksi protes dari WTO maupun Komisi Eropa.
- Canada Lawan Trump soal Perang Dagang
- Perang Dagang: G7 Marah Lawan Trump
- Dirjen WTO : Perang Dagang AS-China Merusak
Sekedar diketahui bahwa Indonesia adalah mitra dagang AS sejak lama. Dan bagi Indonesia adalah negara tradisional tujuan ekspor, nilai ekspor Indonesia ke AS peringkat kedua terbesar setelah China.
Bahkan Indonesia pernah berjaya di sektor tekstil, kala itu negeri Paman Sam membutuhkan tekstil dalam jumlah besar. Presiden George Bush ketika memberikan sejumlah kategori tekstil dari Indonesia, dengan sebutan popupler kuota tekstil. Namun itu berakhir menjelang abad 20 lalu. Dan bahkan tekstil Indonesia pernah diembargo oleh AS.
Ditambahkan Wanandi, kemajuan perekonomian AS sekarang ini membuat Trump jumawa, membuat sistem perdagangan internasional seenak udel. Terbukti memang, selain perang dagang dengan China, Trump juga mengenakan hal sama kepada negara- negara sekutunya di benua Eropa dan bahkan tetatngga terdekatnya Denmark. Dan negara- negara itu juga sudah membalasnya dengan hal sama.
‘Ekonomi AS sekarang memang, mal penuh, restoran penuh, pengangguran paling kecil dan dia berbuat seenaknya. Dia akan melakukan apakah besok jadi perang dagangnya atau tidak’, ujar Wanandi.
Wanandi juga mengaku orang AS pun sulit memprediksi apa dan bagaimana kebijakan Trump itu ke depan. ‘Kalau ditanya Trump, nggak ada yang ngerti. Marah-marah nggak bisa apa apa. Ekonomi AS bukan main pertumbuhannya’, jelas mantan Ketua Apindo itu. (friz/olo)