JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Direktur Jenderal Perikanan Budidaya – Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Slamet Soebjakto menyampaikan bahwa, untuk mencukupi kebutuhan pangan nasional yang semakin tinggi, maka langkah utama yang perlu dilakukan adalah melalui intensifikasi teknologi yang efektif dan efisien, salah satunya dengan “Lele Bioflok”.
“Semua pelaku perikanan budidaya harus berkreasi mengedepankan Iptek dalam pengelolaan usaha budidaya ikan. Intinya dengan kondisi saat ini, produktivitas budidaya harus bisa dipacu dalam lahan terbatas dan dengan penggunaan sumberdaya air yang efisien,” jelas Slamet dalam keterangan persnya, di Gedung KKP, Rabu (17/5/2017).
- Ini 8 Cara Budidaya Ikan Lele di Kolam Terpal
- 10 Ikan Terbaik Dunia Versi PBB, 8 Diantaranya Berasal Dari Indonesia
- 4 Manfaat Kepala Ikan Kakap Merah
Slamet menggarisbawahi, bahwa saat ini upaya mewujudkan ketahanan pangan mau tidak mau harus dihadapkan langsung dengan fenomena perubahan iklim dan penurunan kualitas lingkungan global, serta disisi lain perkembangan sector industri dan ledakan jumlah penduduk juga turut memberikan kontribusi dalam mereduksi lahan sector yang berbasis pangan. Ini perlu diantisipasi, karena secara langsung akan berdampak pada penurunan suplai bahan pangan bagi masyarakat.
Ditjen Perikanan Budidaya telah melakukan upaya pengembangan Iptek budidaya dan terbukti berhasil, salah satunya yaitu inovasi teknologi budidaya lele sistem bioflok. Teknologi system bioflok menjadi sangat popular saat ini, karena mampu mengenjot produktivitas lele yang tinggi, penggunaan lahan yang tidak terlalu luas dan hemat sumber air.
Sebagai gambaran, teknologi ini merupakan bentuk rekayasa lingkungan yang mengandalkan suplai oksigen dan pemanfaatan mikroorganisme, yang secara langsung dapat meningkatkan nilai kecernaan pakan.
“Bioflok ini menjadi solusi untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, apalagi saat ini produk lele sangat memasyarakat sebagai sumber gizi yang digemari,” imbuh Slamet.
KKP memproyeksikan sampai dengan tahun 2019 tingkat konsumsi ikan sebesar >50 kg per kapita per tahun, dengan target tersebut setidaknya dibutuhkan suplai ikan sebanyak ±14,6 juta ton per tahun, dimana angka ini diprediksi sekitar 60 persennya akan bergantung pada hasil produksi budidaya.
Sebelumnya dalam ajang Festival Kuliner Ikan Nusantara, Menteri Kelautan dan Perikanan (MKP) Susi Pudjiastuti menghimbau masyarakat untuk mulai melirik ikan sebagai sumber pangan dengan membiasakan mengkonsumsi ikan setiap hari.
Susi menilai, tingkat konsumsi ikan masyarakat Indonesia masih jauh lebih rendah dibanding negara lain bahkan di level Asean sekalipun, padahal menurutnya, ikan merupakan sumber protein yang berperan penting dalam meningkatkan kualitas kecerdasan generasi bangsa ini. (pemi)