JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Pengamat ekonomi, Surahman Kumbo Karno mendukung penuh atensi dan desakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menginginkan kinerja jajaran Menteri Kabinet Indonesia Maju meningkat dan mampu cepat menyerap anggaran ABPN memacu pemulihan ekonomi nasional yang dihantam pandemi Covid-19 sejak awal tahun 2020 ini.
“Itu menurut saya stetmen yang prustrasi juga dari bapak Presiden Jokowi. Anda bayangkan mas, jika Anda seorang Presiden, tapi para pembantunya tak berkinerja, kalau pun yang bekerja cuma lelet, kita ini sebagai rakyat bisa mati kelaparan, mati konyol, negara bangkrut. Jadi penanggulangan Covid-19 ini harus cepat gerakannya. Benar kata Pak Jokowi bahwa Menteri harus kerja ekstra,” ujar pengamat ini kepada citraindonesia.com, di Jakarta, amis (307/2020).
- IHSG Turun “Pasar Tunggu Jokowi Reshuffle Kabinet”
- Pakar Gestur: Jokowi Marah dan Sedih pada Menteri, Sangat Serius soal Reshuffle
- Reshuffle Memanas, Ini 16 Menteri Parpol di Kabinet Jokowi
“Sejatinya gestur Pak Jokowi selama Covid-19 harus bisa dibaca para menteri. Menteri itu harus cerdas, harus cepat mahfum apa yang diinginkan Presidennya. Kan kemaren beliau (Jokowi) sudah marah-marah karena kinerja menteri rendah, serapan anggaran dan belanja negara rendah yang akibatnya beliau bilang siap mempertaruhkan hak politiknya demi rakyat, maka keluarlah kata-kata me-reshuffle Menteri kabinet. Tapi marahnya Jokowi itu belum juga dapat mengubah dan peningkatan kinerja menterinya. Kemaren pada rapat kabinet, Jokowi kembali meminya para pembantunya supaya tidak bertele-tele kerjanya. Nah, dalh hal ini menurut saya, supaya tidak menjadi beban, Pak Jokowi sebaiknya reshuffle saja menteri yang kinerjanya buruk,” sindirnya.
Ketika ditanya siapa orangnya, pengamat ini mengatakan : “Pak Jokowi sudah tahu itu. Klo Menteri lelet (lamban) ‘mah’ Pak Jokowi Reshuffle Saja! Jika tidak, jangan harap bakal ada perubahan”.
Sebelumnya, Presiden Jokowi, menyampaikan kepada para Menteri-nya perlu cara dan budaya baru dalam bekerja yang lebih cepat, serta harus berani melakukan shortcut (terobosan), pemotongan-pemotongan sehingga tidak bertele-tele dan lamban.
Dilansir dari laman setkab.go.id, Kepala Negara mengakui bahwa saat ini bangsa Indonesia sedang menghadapi masalah yang sangat sulit, tidak mudah, yakni krisis kesehatan sekaligus krisis ekonomi, dan melanda hampir semua 215 negara.
“Yang kecil sulit, yang tengah juga sulit, yang gede juga sulit. Sesuatu yang tidak mudah, sesuatu yang tidak mudah,” ujar Presiden saat memberikan pengarahan kepada Peserta Program Kegiatan Bersama Kejuangan (PKB Juang) Tahun Anggaran 2020, melalui konferensi video dari Istana Kepresidenan Bogor, Provinsi Jawa Barat, Selasa (28/7/2020). (friz/ling)