JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Upaya pencarian digencarkan hingga Rabu (25/7/2018), guna menemukan ratusan orang korban yang hilang setelah sebuah bendungan jebol di bagian tenggara Laos. Para pejabat Provinsi Attapeu telah menggunakan sejumlah helikopter dan perahu untuk mencoba mengevakuasi penduduk desa yang terdampar.
Permintaan juga sudah diajukan kepada lembaga-lembaga pemerintah dan komunitas lainnya untuk memberi bantuan darurat kepada para korban, seperti pakaian, makanan, air minum, dan obat-obatan.
Bendungan pembangkit listrik tenaga air di Provinsi Attapeu ambrol, pada Senin (23/07), sehingga banjir bandang langsung menerjang enam desa di sekitarnya.
‘Kantor berita Laos melaporkan sedikitnya 20 meninggal dunia dan ratusan orang lainnya hilang. Banjir itu mengakibatkan lebih dari 6.600 orang kehilangan tempat tinggal’, tulis bbc.
Para serdadu Laos bersiap menggencarkan upaya pencarian dan penyelamatan korban banjir di Provinsi Attapeu.
Tayangan video yang beredar di internet memperlihatkan sejumlah pohon dan atap rumah dikelilingi air keruh.
Perahu-perahu yang penuh sesak juga terlihat.
Seorang perempuan, yang tayangan videonya diunggah ABC Laos ke Facebook, menangis dan berdoa saat dievakuasi menggunakan perahu. Kepada regu penyelamat, dia memberitahu bahwa ibunya masih terjebak di pohon.
Pihak berwenang mengatakan banjir bandang akibat dam yang jebol menewaskan setidaknya 20 orang.
Bendungan yang ambrol merupakan tanggul penguat bernama “Saddle Dam D”. Bangunan itu merupakan bagian dari jaringan dua bendungan utama dan lima bendungan kecil pada proyek pembangkit listrik tenaga air Xe-Pian Xe-Namnoy.
Bendungan itu masih dalam tahap pembangunan, sekitar 90 persen dan diharapkan mulai beroperasi secara komersil tahun depan.
Juru bicara SK Engineering & Construction, perusahaan konstruksi Korea Selatan yang terlibat dalam pembangunan proyek bendungan, mengatakan keretakan pada bendungan pertama kali ditemukan pada Minggu (22/7) sebelum akhirnya bendungan jebol.
Perusahaan Thailand yang punya andil paling besar pada proyek ini, Ratchaburi Electricity Generating Holding, mengungkap bendungan “telah retak” setelah “hujan badai terus menerus” sehingga menyebabkan “air dalam volume tinggi mengalir ke waduk proyek”. (caca)