JAKARTA, CITRAINDONSIA.COM- Kemarahan dan frustasi atas ledakan di Beirut. Ini sangat menyedihkan apalagi PBB menyatakan frustrasi para warga Beirut ini bisa memicu masalah yang lebih besar dan hingga ancaman kelaparan menewaskan rakyat.
Petugas penyelamat di Lebanon telah menggali puing-puing mencari korban selamat dari ledakan dahsyat Selasa yang lalu (4/8/2020).
Dilansir dari laman bbc, Jumat (7/8/2020), menyebutkan bencana itu diawali dengan kebakaran besar di Pelabuhan Beirut, di pantai Mediterania utara kota itu. Dalam video yang diposting di media sosial, asap putih terlihat mengepul dari Gudang 12, di samping silo biji-bijian besar di pelabuhan.
Tak lama setelah pukul 18:00 (15:00 GMT), atap gudang terbakar dan terjadi ledakan awal yang besar, diikuti oleh serangkaian ledakan kecil yang menurut beberapa saksi terdengar seperti kembang api yang meledak.
Sekitar 30 detik kemudian, ada ledakan kolosal yang mengirim awan jamur ke udara dan gelombang ledakan supersonik menyebar ke seluruh kota.
Ledakan gelombang itu meratakan gedung-gedung di dekat pelabuhan dan menyebabkan kerusakan parah di sebagian besar ibu kota, yang merupakan rumah bagi dua juta orang. Rumah sakit dengan cepat kewalahan.
Badan bantuan PBB sekarang memperingatkan krisis kemanusiaan di Lebanon, dengan pasokan makanan kemungkinan besar akan terganggu dan harga kemungkinan akan naik karena kerusakan pelabuhan.
Seorang juru bicara Program Pangan Dunia (WFP) di Jenewa mengatakan Libanon mengimpor 85% makanannya.
WFP mengirim 5.000 paket makanan ke Lebanon, masing-masing dirancang untuk mendukung keluarga beranggotakan lima orang selama satu bulan.
Organisasi Kesehatan Dunia mengatakan bahwa sistem kesehatan Lebanon yang sudah rapuh telah rusak parah, dengan tiga rumah sakit hampir hancur akibat ledakan itu.
WHO sekarang mengirimkan 1.000 kit trauma untuk mendukung pengobatan luka dan luka bakar paling serius.
Namun, 17 kontainer alat pelindung diri, yang disimpan di gudang WHO di Beirut dan dimaksudkan untuk mendukung perang Lebanon melawan Covid-19, hancur dalam ledakan tersebut.
Sementara itu, badan pengungsi PBB, UNHCR, sedang melepaskan pasokan terpal dan bahan penampungan sementara lainnya kepada semua yang membutuhkan.
Seorang juru bicara badan memperingatkan bahwa pengungsi Suriah, di antara yang termiskin di Lebanon, sangat rentan, dengan mengatakan bahwa “ledakan besar menambah krisis ekonomi yang sudah parah yang telah mendorong banyak orang Lebanon dan pengungsi di sana lebih dalam ke dalam kemiskinan”. (mulia)