JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa mengancam akan memberikan sanksi keras kepada Rusia jika gagal meredam ketegangan di perbatasan Ukraina. Sanksi ini diprediksi dapat mengacaukan ekonomi negara yang dipimpin Vladimir Putin tersebut.
Namun demikian, ancaman dari Uni Eropa sejauh ini hanya berasal dari dua negara di kawasan tersebut, yakni Jerman dan Perancis.
â€Kami sepakat, jika Rusia gagal untuk mengambil langkah konkret untuk meredam ketegangan di timur Ukraina, kami, AS dan Uni Eropa, akan berkoordinasi untuk memberikan ganjaran kepada Rusia,†demikian bunyi pernyataan Gedung Putih seperti dikutip Reuters, Sabtu (21/6/2014).
Pemimpin ketiga negara itu kecemasan dengan langkah pasukan Rusia di sepanjang perbatasan Ukraina. Bahkan kemarin Kremlin menegaskan, Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan pengerahan banyak pasukan Rusia di dekat perbatasan Ukraina demi melindungi perbatasan Rusia dari konflik yang terjadi di wilayah itu.
Reuters menyebut, Departemen Luar Negeri AS mengaku memiliki informasi kalau Rusia telah menyebar tank-tank tempur dan artileri ke perbatasan Ukraina. Negara ini khawatir peralatan berat tersebut akan diberikan kepada kelompok separatis pro-Rusia di Ukraina timur.
Juru bicara departemen itu, Jennifer Psaki, bahkan mengklaim AS memiliki informasi jika pasukan Rusia sudah siaga di wilayah perbatasan Rusia dan Ukraina, guna membantu kelompok separatis itu memerangi pemerintah yang sah, demi membawa Ukraina bergabung dengan Rusia.
Di sisi lain, Presiden Ukraina Petro Poroshenko telah memerintahkan pasukannya untuk melakukan gencatan senjata dengan kelompok separatis pro-Rusia di Ukrina timur. Namun jika kelompok separatis melanggar gencatan senjata dan tidak meletakkan senjata mereka, maka ancaman kematian setiap saat akan menghampiri mereka.
Belum ada kabar bagaimana Moskow menyikapi ancaman AS, Jerman dan Perancis, namun pemerintah Rusia telah mengeluarkan kecam atas seruan gencatan senjata yang dikeluarkan Poroshenko karena dinilai sebagai langkah yang bukan untuk melakukan perdamaian dengan kelompok separatis pro-Rusia. (kris)