JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Keberanian pemberontak Sunni merebut Kilang Minyak Irak, kemarin bakal menggoyang perdagangan hingga harganya melambung tinggi.
Bahkan jika harga itu meroket, dipastikan merepotkan negara berkembang khususnya yang tergantung minyak impor seperti Indonesia.
“Ya. Itu sedikit banyak akan mempengaruhi tren harga minyak dunia. Dan sangat rentang kepada Indonesia. Karena hingga kini kita, yang dulunya aggota OPEC, sudah ketergantungan impor,” ujar Derry Ilyas, pakar sebuah perguruan tinggi di Jakarta, Selasa (24/6/2014).
Ia mengatakan, dengan kasus itu, OPEC dan Dewan Keamana PBB seharusnya bertindak tegas. Soalnya kasus itu tidak hanya mempengaruhi perdagangan minyak dunia tapi juga mengganggu keamanan.
“DK PBB hendaknya antisipatif dong. Kemudian Irak sendiri harus merebut kembali Kilang Minyak itu. Karena ini sumber ekonomi mereka yang besar,” imbuhnya.
“Kalau untuk Indonesia, jika harga minyak dunia melebihi USD 110 perbarrel itu pertanda kita harus repot. Juga negara lainnya. Sumsi makro ekonomi kita dibatasi USD 100 per barrel,” jelasnya.
Sebelumnya Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan “Anggaran subsidi BBM 2014 semula Rp 210,7 triliun, asumsi kurs Rp10.500 per dolar AS. Bila sampai akhir tahun rata-rata kurs Rp 11.600 per dolar AS, anggaran subsidi BBM mencapai Rp285 triliun,” ujarnya, Senin (26/5/2014).
Dilansir BBC, kompleks minyak ini memasok sepertiga bahan bakar di Irak dan pertempuran ini menyebabkan pasokan bensin diberikan dengan sistem penjatahan. (friz)