
CIN- Kementerian Perindustrian (Kemenperin) terus melakukan program hilirisasi industri rotan di Kalimantan, Sulawesi dan Nanggroe Aceh Darussalam dengan mengirim tenaga ahli desain dan tenaga ahli di bidang pembuatan atau pengolahan rotan dari Cirebon.
“Cirebon sudah dikenal sejak dulu sebagai pembuat produk rotan berkualitas yang dapat memenuhi selera pasar domestik dan ekspor. Melalui program pendampingan tenaga ahli bisa memberikan dampak positif bagi wilayah-wilayah penghasil rotan di luar Jawa dan menyerap tenaga kerja lokal serta memutus jaringan tengkulak atau pengijon yang selama ini masih beroperasi di beberapa daerah penghasil rotan,†kata Wakil Menteri Perindustrian Alex Retraubun di Jakarta, Selasa (4/6/2013).
Peningkatan nilai tambah rotan, menurut Alex, mampu membantu menumbuhkan penyerapan tenaga kerja, meningkatkan perolehan devisa, peningkatan keterampilan, dan menumbuhkembangkan industri pendukung lainnya.
“Indonesia merupakan negara penghasil rotan terbesar di dunia. Diperkirakan 85% bahan baku rotan di seluruh dunia dihasilkan oleh Indonesia, sisanya dihasilkan oleh negara lain seperti Filipina, Vietnam dan negara-negara Asia lainnya. Daerah penghasil rotan di Indonesia tersebar di Pulau Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Papua,†paparnya.
Selama ini, lanjut Alex, rotan mentah diekspor tanpa diolah sehingga nilai tambahnya diperoleh negara lain. Karena itu, pemerintah mengeluarkan kebijakan larangan ekspor rotan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia Nomor 35 2011 tentang ketentuan ekspor rotan dan produk rotan yang berlaku pada 2012.
“Untuk mendukung kebijakan tersebut, Kementerian Perindustrian telah mengeluarkan peraturan tentang alur pemetaan (road map) industri furnitur, terutama furnitur rotan. Hal tersebut tertuang dalam Permenperin No. 90 2011 tentang peta panduan pengembangan klaster industri furnitur 2012-2016,†ujarnya.
Alex menambahkan, dampak dari kebijakan pelarangan ekspor rotan, total nilai ekspor produk rotan sepanjang tahun lalu mencapai US$202,67 juta, yang terdiri dari rotan furnitur senilai US$151,64 juta dan rotan kerajinan atau anyaman sebesar US$51,03 juta.
“Angka ekspor produk rotan tersebut mengalami peningkatan 71% jika dibandingkan pencapaian pada 2011. Pada 2012, ekspor produk rotan senilai US$143,22 juta yang terdiri dari rotan furnitur sebesar US$128,11 juta dan rotan kerajinan maupun anyaman sebesar US$15,11 juta,†ungkapnya. (iskandar)