TARAKAN, CITRAINDONESIA.COM- Kadin selama ini ada di mana? Peredaran gula ilegal asal negara jiran di perbatan RI- Malaysia, seperti di Kaltim, Kalteng, ibaratnya lagu lama.
“Tapi siapa yang bisa berantas? Ember semua,” ujar Ali Badrodin, kepada Firmanto korresponden CITRAINDONESIA.COM, dari Tarakan, Rabu (29/10/2013) sore ini.
Peredaran gula ilegal di negeri pinggiran Indoneia, kata Badrodin sudah sejak era Presiden Soeharto. “Kan sudah ada sejak orba Soeharto. Kenapa Kadin baru teriak sekarang? Kadin emang selama ini ke mana kok baru bangun sekarang,” tegas saudagar gula loka ini kesal.
Tak cuma ke Polres, pengusaha lokal di sini sudah melaporkan kasus peredaran gula ilegal dengan harga sangat murah itu ke Kejaksaan, Dinasperindag, Ditjen Perdagangan Dalam Negeri, Direktorat Pengawasan dan ke Menteri Perdagangan.
“Tapi ga ada hasilnya. Malah saya bersama almarhum Yayat Priyatna, Ketua Umum GINSI penah membawa rapat kasus ini ke Menteri Perdagangan, Dewan Gula (Kementan) dan sebagainya. Tapi ya, tetap saja begini. Harusnya Kapolri baru turun tangan berantas sindikat penyelundupan ini agar tidak merugikan kita,” pintanya.
Sebelumnya, Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Pembangunan Ekonomi Kawasan Perbatasan Endang Kesumayadi mengatakan, harga gula saat ini di perbatasan sudah mencapai harga Rp25000/kg.
Kementerian Perdagangan telah menunjuk Industri Gula Nusantara (IGN) bertanggungjawab pengadaan gula di perbatasan.
“Masalahnya adalah karena IGN diduga membeli gula ilegal dari Malaysia. Mereka sering mengatakan bahwa kebutuhan menjelang natal dan tahun baru tersedia dan harga bisa di kisaran Rp11.500, tapi kami menyangsikannya,†ungkap Endang di Jakarta, Rabu (30/10/2013). (fir/iskandar)