JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Pemerintah Iran mendesak Presiden AS, Joe Biden “memilih jalan yang lebih baik” kembali ke kesepakatan Nuklir tahun 2015 antara Teheran dan kekuatan global. Menurut Iran peluang akan hilang jika Washington bersikeras pada konsesi lebih lanjut di depan.
Sebelumnya, melalui Donald Trump, Washington menarik diri dari kesepakatan – yang dirancang untuk menghentikan Iran mengembangkan nuklir – dan mendukung sanksi dalam upaya untuk memaksa Teheran melakukan pembicaraan senjata pada sebuah rencana yang juga membahas program rudal balistik dan dukungan untuk proksi di sekitar Timur Tengah.
- Mohsen Fakhrizadeh IImuwan Nuklir Iran Tewas
- Eropa Kisruh Tentang Nuklir Iran
- Trump dan Macron Ingin Bahas Kisruh Nuklir Iran
Biden, yang menjabat sejak Rabu lalu (20/1/2021), “dapat mulai dengan menghapus semua sanksi yang dijatuhkan sejak Trump menjabat dan berusaha untuk masuk kembali dan mematuhi kesepakatan nuklir 2015 tanpa mengubah persyaratan yang dinegosiasikan dengan susah payah,” tulis Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif.
“Pada gilirannya, Iran akan membalikkan semua langkah perbaikan yang telah diambil setelah penarikan Trump dari kesepakatan nuklir,” katanya pada hari Jumat, menambahkan bahwa “inisiatif benar-benar bertumpu pada Washington” tambahnya.
Sejak Trump membatalkan kesepakatan pada 2018, Iran telah melanggar batas utamanya satu demi satu, membangun cadangan uranium yang diperkaya rendah, memurnikan uranium ke tingkat kemurnian yang lebih tinggi, dan menggunakan sentrifugal canggih untuk pengayaan.
Biden mengatakan bahwa jika Teheran kembali mematuhi perjanjian 2015, Washington akan bergabung kembali.
“Tapi kami akan menggunakannya, sebagai platform dengan sekutu dan mitra kami …, untuk mencari kesepakatan yang lebih lama dan lebih kuat dan juga … untuk mengatasi masalah lain ini, terutama yang berkaitan dengan rudal dan aktivitas destabilisasi Iran,” Antony Blinken , Biden pilihan untuk menteri luar negeri, mengatakan pada hari Selasa.
“Karena itu, saya pikir kita masih jauh dari sana,” katanya membeberkan.
Zarif mengatakan pembatasan sementara pada pertahanan dan pengadaan rudal Iran berdasarkan kesepakatan 2015 tidak dapat dinegosiasikan ulang. Dia menegaskan, selain masalah nuklir, Iran bersedia membahas masalah di Timur Tengah.
“Tapi masyarakat di wilayah ini, bukan orang luar, yang harus menyelesaikan masalah ini. Baik Amerika Serikat maupun sekutunya di Eropa tidak memiliki hak prerogatif untuk memimpin atau mensponsori pembicaraan di masa depan, ”tulisnya.