JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Produsen produk olahraga Jerman Adidas dan Reebok memperbaharui tata kelola manajemen perburuhannya menyusul insiden mematikan sedikitnya 645 orang buruh industri garmen di Bangladesh baru- baru ini.
“Sistem SMS ini baik. Hendaknya juga diterapkan di Indonesia. terlebih setelah terungkap perbudakan baru di pabrik Kuali di Tangerang (Banten),” ujar Hardi Sasmita, seorang pekerja pabrik di Jakarta, Kamis (9/5/2013).
“Tapi saya nggak yakin sistem SMS ini bisa diterapkan di sini. Kan mainnya kapitalis dan penguasa sudah satu mulut- satu irama. Jadi gak mungkin bisa di sini,” ujarnya mengira- ngira.
Hal saya dikatakan Yeyen Sania- rekan kerja Sasmita. “Hehehehe- mana mungkin. Buruh itu kan dianggap lemah. Sebagai pekerja doang. Tapi tidak dipikirkan nasibnya sebagai manusia yang paling berperan memajukan perusahaan. Itu yang balum ada dikita,” jelasnya.
Kalian ga berani usulkan ke Pak Muhaimin Iskandar, Menteri Tenaga Kerja? “Ngusul sih ngusul. Tapi apa diterima. Non sen!!,” tambahnya.
Memang kedua pekerja pabrik minum kemasan itu mengakui sistem diterapkan manajemen Adidas mendorong para pekerja di pabrik-pabrik dan dari beberapa pemasok di Asia mengirim keluhan mengenai tempat kerjanya secara anonim kepada perusahaan lewat pesan telepon singkat (SMS) adalah sangat bagus untuk ditiru Indonesia.
Sebelumnya Adidas dalam sistem laporan SMS itu berhasil mengujicoba sejak tahun lalu di sebuah pabrik pemasok di Indonesia. Dan sekarang akan diberlakukan di 4 pabrik sekaligus. Selain di Indonesia juga di pabrik Vietnam. Inilah upaya Adidas memperbaiki kondisi kerja pada para pemasok perusahaan-perusahaan Barat.
Layanan hotline baru ini membantu menjembatani kesenjangan komunikasi antara pihak manajemen dan pekerja, memungkinkan para pegawai untuk “tinggal mengirim SMS ketika mereka merasa hak mereka dilanggar,†ujar Adidas AG. (ling)
