JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- “Alamaak- miris banget”. Devisit lagi neraca perdagangan kita (Indonesia). Nilanya tak tanggung- tanggung lho, tembus US$ 1,61 miliar.
“Wah- wah- wah. Tentunya ini menjadi tugas berat Mendag Gita Wirjawan dan timnya ke depan,” Muhammad El Idris, pengusaha kepada citraindonesia.id saat bincang, Senin (3/6/2013) sore ini.
Menurutnya Mendag harus ibarat berlari kencang mengatasi masalah ini. “Kalau tidak ditangani cepat, terget pertumbuhan 6,2 sampai 6,5% di ujung tanduk. Dan berbahaya bagi bagi APBN,” tambahnya.
Poin penting kata dia, Gita harus melihat langsung apa penyebanya. “Apakah di volume atau daya beli di luar lemah, karena memang krisis seperti di Eropa. Kalau ada pasar tradisonal tak punya daya beli lagi, ya kita alihkan saja,” sarannya.
Sebelumnya neraca perdagangan kita sempat mencatatkan surplus sebesar US$ 304,9 juta dolar periode bulan Maret 2013.
Lalu ada apa gerangan? Kata kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin menegaskan, itu disebabkan nilai ekspor April 2013 hanya US$ 14,70 miliar.
“Turun 2,18 persen dibanding nilai ekspor pada Maret 2013,†ungkapnya hari ini, Senin (3/6/2013) di Jakarta.
Dan memang, jika dibandingkan nilai ekspor Bulan April tahun lalu  capaian sekarang turun sebesar 9,11 persen.
Sementara kata dia, nilai impor Indonesia April 2013 sebesar US$ 16,31 miliar, meningkat 9,59 persen dibanding Maret 2013 US$ 14,89 miliar,” tegasnya.
Ia memaparkan secara kumulatif, nilai ekspor Indonesia pada Januari-April 2013 mencapai 60,11 miliar dolar AS, atau turun 7,07 persen dibanding periode yang sama tahun 2012.
Demikian pula dengan ekspor nonmigas yang mencapai 49,57 miliar dolar AS atau menurun 3,07 persen.
Ekspor nonmigas Indonesia masih didominasi China sebesar 1,737 miliar dolar AS, disusul Jepang sebesar 1,297 miliar dolar AS, dan Amerika Serikat sebesar 1,205 miliar dolar AS. (nofa)