
JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Setelah melalui perundingan yang panjang, Nippon Asahan Alumunium (NAA) akhirnya sepakat menyerahkan Inalum sepenuhnya kepada pemerintah Indonesia per 1 November 2013.
Indonesia sempat mengajukan penawaran US$424 juta sebelum akhirnya naik menjadi US$558 juta. Jepang sempat tetap bertahan pada angka US$626 juta.
“Namun akhirnya NAA menyepakati nilai US$558 juta dolar AS. Meski ada sedikit perbedaan. Kami maunya harus ada audit namun mereka menyatakan sudah final,†kata Menteri Perindustrian MS Hidayat, Sabtu (2/11/2013).
Keinginan untuk menggunakan audit menurut Menperin karena melibatkan saham pemerintah. “Kan tidak mungkin uang pemerintah tidak diaudit. Kami juga melibatkan BPKP,†tambahnya.
Perbedaan pendapat itu membuat kedua belah pihak membawanya ke badan arbitrase. “Namun itu tidak akan mengganggu perusahaan. Karena semua pembayaran sesuai dengan ketentuan master agreement yang sudah disepakati,†ujar Menperin lagi.
Sebelumnya, saham PT Inalum yang dimiliki pemerintah Indonesia hanya 41,13% dan NAA Jepang menguasai 58,87%.
Setelah Inalum kembali ke pangkuan pemerintah Indonesia, maka pasokan bahan baku alumunium di dalam negeri dapat terjamin dengan baik karena produksi Inalum yang selama dikirim ke Jepang sebesar 70% akan dialihkan ke dalam negeri.
Salah satu rencana ekspansi Inalum untuk memenuhi kebutuhan di dalam negeri adalah menambah kapasitas produksi aluminium ingot dari sebelumnya 250.000 ton per tahun menjadi 410.000 ton per tahun. Ekspansi tersebut membutuhkan dana sekitar US$1,5 miliar. Inalum telah memasok kebutuhan aluminium kepada 80 perusahaan lokal di Jawa, dan saat ini memiliki karyawan sekitar 2.000 orang. (iskandar)