JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Kalangan pengusaha ekspor- impor mengkhawatirkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang kemaren tembus Rp11,900 per dolar.
“Saya rasa bakal tembus Rp12 ribu per dolar AS ahir tahun ini. Jadi pemerintah harus intervensi. Kalau tidak, importir nyonyor. Dan industri bisa stag. Soalnya apa- apa kita harus impor,” ujar Ketua II GINSI, Erwin Taufan, dalam percakapan dengan CIN, Selasa (3/12/2013) di Jakarta.
Malah menurut Taufan, sejak awal 2014, rupiah akan semakin terpuruk karena tahun politik (Pileg dan Pilpres) kata dia akan sangat mempengaruhi posisi rupiah.
“Ya tahun politik biasanya begitu. Rupiah jungkir balik. Inflasi terdongkrak. Ini berat buat kita semua. Sejatinya, di sinilah pemerintah memperkuat stok valas kita untuk intervensi pasar,” jelasnya.
Ditanya mengenai kebijakan Bank Indonesia yang telah menetapkan suku bungan acuan (BI rate) 7,5%, Taufan menyatakan setuju. Ini menurutnya bisa mengurangi inflasi.
“Namun dengan catatan, bank- bank swasta jangan asal menaikkan suku bunganya dong. Nah yang paling sentisitif atas kenaikan suku bunga itu adalah harga- harga produk konsumsi rumah tangga dan perumahan”.
“Maka itu saya setuju dengan stetmen Presiden Boediono yang pada acara Real Estate Indonesia baru- baru ini, bahwa bank- bank jangan menaikkan suku bunga terlalu tinggi terhadap bisnis properti dan pengembang perumahan,” imbuhnya.
Namun yang jelas lanjutnya pemerintah sudah punya strategi mengantisipasi keterpurukan nilai tukar rupiah itu. “Ya pemerintah sudah tau triknya. Kan domino- nya,” imbuhnya. (olo)