JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta, Prya Ramadhani meminta Pemprov mengkaji kebijakan menggratiskan kios di Blok G Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat, kepada pedagang selama enam bulan.
Hal itu diutarakan Prya Ramadhani kepada citraindonesia.id, Selasa (10/12/2013), saat dimintai komentar terkait niat para pedagang di Blok G Pasar Tanah Abang yang ingin meninggalkan pasar itu jika setelah enam bulan, kios yang mereka tempati tidak lagi digratiskan.
Pasalnya, sejak mereka direlokasi dari jalanan ke pasar Blok G sejak tiga bulan silam, dagangan mereka malah menjadi sepi pembeli, sehingga kadangkala mereka bahkan tidak mendapatkan penglaris.
Menurut Prya, pihaknya dapat memahami jika para pedagang itu kini resah dan merasa tidak sanggup membayar sewa kios yang mereka tempati, jika masa penggratisannya selesai pada Maret 2014.
Tapi, tegas politisi Golkar ini, dirinya meminta para pedagang sabar dan tidak terburu-buru memutuskan untuk pindah, apalagi kembali ke jalanan, karena berdagang di jalanan tak hanya melanggar Perda tentang Ketertiban Umum, tapi juga akan membuat kawasan Tanah Abang kembali macet dan semrawut.
“Masalah ini masih bisa dibicarakan dengan Gubernur (DKI) dan pasti ada solusinya,” tegas dia.
Ketika ditanya apakah dia setuju jika keinginan para pedagang itu diakomodir, Prya mengatakan setuju karena, meski Pemprov DKI kemungkinan akan rugi, namun demi kepentingan yang lebih besar, yakni penataan kawasan Tanah Abang agar tidak lagi macet dan semrawut, maka kepentingan itu harus lebih dilihat dan dipahami.
“Tapi nantilah kita lihat lagi kalau masa penggratisannya sudah selesai, tapi saya berharap pedagang bisa sabar dan Pemprov DKI pun tidak perlu otoriter sebelum semua komitmenya terpenuhi, seperti komitean akan membuatkan lift dan eskalator agar masyarakat yang berbelanja di Blok G bisa lebih nyaman, dan blok itu bisa sehidup Blok A dan blok-blok lainnya di Pasar Tanah Abang,” imbuhnya.
Seperti diberitakan citraindonesia sebelumnya, pedagang di Blok G Pasar Tanah Abang yang semula berdagang di jalanan, kini resah karena setelah direlokasi ke lantai 2 dan 3 pasar itu, dagangan mereka menjadi sepi pembeli. Bahkan sering tidak mendapat penglaris.
Mereka berencana, jika setelah Maret 2014 kios yang mereka tempati tak lagi digratiskan, mereka akan pindah karena takkan sanggup membayar biaya sewanya. (rhm)