JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- “Keberhasilan” Jokowi membebaskan kawasan Pasar Regional Tanah Abang (PRTA), Jakarta Pusat, dari kemacetan, lenyap tak berbekas.
Pasalnya, memasuki hari ketujuh Ramadhan, kemacetan di kawasan pasar grosir terbesar di Asia Tenggara itu semakin parah akibat warga yang tumpah ruah untuk membeli kebutuhan puasa dan lebaran.
Seperti dilansir situs resmi Pemprov DKI, Sabtu (5/7/2014), warga memadati semua blok yang ada, baik Blok A, B, Blok G, dan Blok F, serta pasar modern di sekitarnya seperti Pasar Metro dan Thamrin City.
Pedagang kaki lima (PKL) pun tak luput dari serbuan warga.
Alhasil, beragam upaya yang dilakukan Dinas Perhubungan (Dishub) DKI Jakarta untuk mengurai kemacetan di kawasan ini, mulai dari penertiban parkir liar hingga merazia angkutan umum, hasilnya belum menggembirakan.
Kepala Dishub DKI, Muhammad Akbar, mengakui, pihaknya kewalahan mengatasi kemacetan di Tanah Abang.
“Masalah lalu lintas di Tanah Abang itu rumit. Soalnya sudah terkombinasi sama beberapa permasalahan,” kata Akbar melalui sambungan telepon.
Ia menjelaskan, persoalan lain yang menjadi biang keladi kemacetan kawasan Pasar Tanah Abang adalah keberadaan parkir liar serta perilaku buruk sopir angkot dan pengojek yang kerap mangkal di bahu jalan.
“Makanya kita sering melakukan operasi cabut pentil kepada pengendara yang melanggar, namun efeknya belum 100% membuat mereka jera,” imbuh dia.
Dari pantauan terlihat, kemacetan ini membuat para pejalan kaki kesulitan menembus jalan, baik untuk menuju kawasan PRTA maupun sebaliknya.
Ratusan kendaraan berbadan besar, sedang dan kecil yang terjebak macet, memanjang seperti ular. Keadaan makin semrawut oleh pengendara sepeda motor yang berusaha tetap melaju sambil menyalip ke sana-sini.
Pengamat Perkotaan Yayat Supriyatna membenarkan kalau kemacetan di kawasan PRTA sudah sangat kompleks dan rumit.
“Tapi seharusnya sebelum puasa Dinas Perhubungan membuat rekayasa lalu lintas agar kawasan itu bisa lebih tertata,” ujarnya. (man)