JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM – Sektor usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) termasuk sektor yang ikut terpukul akibat tren pelemahan rupiah terhadap dolar pada beberapa hari terakhir ini.
Wakil Ketua Umum Bidang UMKM dan Koperasi Kamar Dagang dan Industri (KADIN) DKI Jakarta, Nasfi Burhan, Sabtu (14/12/2013), kepada citrindonesia.com menjelaskan, saat ini para UMKM anggota Kadin DKI, khususnya yang berproduksi dengan menggunakan bahan baku impor seperti usaha konveksi dan pengrajin tahu/tempe, tengah melakukan penghematan di sana-sini agar tetap dapat berproduksi dan tidak melakukan rasionalisasi karyawan.
“Meski saat ini koperasi telah mengimpor kedelai (bahan baku tahu/tempe) dalam jumlah yang cukup, namun para pengusaha tetap harus mencermati kondisi ke depan akibat pelemahan rupiah terhadap dolar AS yang masih berlanjut. Bahkan saat ini telah banyak usaha konveksi yang lebih memilih menunggu order dibanding memproduksi sendiri untuk dipasarkan,” katanya via telepon.
Nasfi mengakui, jika pelemahan rupiah terhadap dolar tidak segera teratasi, sektor UMKM kemungkinan besar akan berhenti berproduksi. Jika ini terjadi, perekonomian negara akan hancur karena 80 persen roda perekonomian negara disokong oleh sektor ini dengan produk-produknya yang membanjiri pasaran.
“Karena itu demi melindungi UKM dari gejolak semacam ini, apalagi karena gejolak rupiah bukan baru kali ini terjadi, pemerintah perlu segera membentuk lembaga keuangan non bank yang dapat memberi pinjaman modal secara mudah, cepat dan berbunga rendah atau justru tanpa bunga, kepada UMKM,” imbuhnya.
Pendirian lembaga seperti ini, lanjut Nasfi, lebih efektif daripada menggelontorkan kebijakan subsidi yang kerap salah sasaran. Ia mencontohkan soal subsidi BBM yang diberikan kepada masyarakat miskin.
Menurutnya, kebijakan itu kurang tepat karena seharusnya subsidi BBM juga diberikan kepada para UMKM agar biaya produksi mereka dapat lebih ringan. (Rhm)