JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM– Bullis (bergerak labil) harga Kakao menuju ke atas di bursa internasional menjadi angin segar bagi kalangan petani di daerah karena kini saatnya naik.
“Alhamdulillah. Kenaikan 12 US$ / ton menjadi pemicu bagi kita untuk bekerja lebih keras lagi,†kata Puang Hamdani, petani di Makassar (Sulsel), Selasa (21/5/2013) kepada citraindonesia.id.
Seperti diketahui berdasarkan hasil analisis pasar komoditi Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) merilis angka kenaikan harga komoditi itu.
Kakao berjangka ke bursa New York pada Des’13 New York 2.312 US$ / ton. Naik pesat dibanding harga kontrak Jul’13 yakni 2.300 US$ / ton. Kontrak Sep’13 sebesar 2.307 US$ / ton.
Namun harga itu menurun cukup signifikan jika dibandinkan dengan harga pengiriman Des’13 ke bursa New York US$ 2.422,00/ ton.
“Harga di pasar SPOT Makassar sekarang Rp19.032/ Kg. Kemaren itu Rp19.989/ Kg. Harga selalu bullis (bergerak),†ujarnya. Bullis karena tingginya minat buyer untuk bahan cokelat ini.
Di dalam negeri, hilirisasi Kakao ini telah memunculkan masalah baru. Program hilirisasi awalnya untuk meningkatkan taraf hidup petani dan mendorong daya saing produknya.
Namun kini di lapangan, kondisi berbeda dari rencana pemerintah. Di mana 80% pabrik pengolahan Kakao dikuasai asing hingga ke kebon- kebon petani. Petani tak lagi sebagai penguasa harga.
“Kekuatan pasar saat ini didominasi satu pihak. Player yang sangat kuat di kakao saat ini ada di industri pengolahan kakao. Yang dirugikan petani, ditambah lagi produktivitas petani menurun,â€.
“Sudah ada 7 pabrik yang mati. Mereka tidak  bisa bersaing dengan asing (PMA/penanaman modal asing),†ungkap Ketua Umum Sosiasi Kakao Indonesia (Askindo) Zulhefi Sikumbang kepada CIN, di Jakarta, Jumat (3/5/2013). (nova/iskandar)