GORONTALO, CITRAINDONESIA.COM- Para pengusaha Sarang Burung Walet (SBW) di daerah provinsi Gorontalo tidak mau kalah dengan para pengusaha atau eksportir SBW di daerah-daerah lainnya di Indonesia, sebut saja pengusaha asal Jakarta yang lebih tinggi nilai ekspornya.
Pasalnya pihak Badan Karantina Pertanian @Barantan_RI, kini tengah turut berkonsentrasi untuk membantu mendorong peningkatan kinerja ekspor SBW dari Gorontalo ini ke pasar internasional seperti ke China, misalnya atau ke negara lainnya.
- China Bicara Bisnis Sarang Burung Walet
- Gorontalo Penghasil Sarang Burung Walet Terbesar
- Ini Daftar Perusahaan dan Eksportir Sarang Burung Walet Indonesia
“Dorong ekspor sarang walet, dampingi eksportir penuhi persyaratan ekspor,” kata petugas Barantan dilansir dari @karantinagtlo, Kamis (25/2/2021).
“Berikan pendampingan kepada eksportir walet asal Gorontalo untuk penuhi persyaratan ekspor yang harus dipenuhi oleh perusahaan serta tata cara dalam melakukan ekspor SBW,” sambung @Barantan_RI.
Bahkan Dokter Hewan Karantina, Kristina Dwi Wulandari menegaskan bahwa melihat potensi lalulintas domestik keluar SBW Gorontalo yang cukup besar.
“Hal ini dapat didorong untuk memenuhi permintaan pangsa pasar Internasional secara langsung yang akan menaikan nilai ekonomis SBW,” tegasnya meyakinkan.
Gorontalo memang salah satu daerah potensial dan penghasil produk SBW terbesar Indonesia. Dan pasarnya sangat besar di luar negeri terutama China, andai saja pengusaha Indonesia bisa merebutnya.
Ia menambahkan bahwa perkembangan industri SBW Indonesia terus meningkat seiring perkembangannya. Indonesia kata dia tengah mampu memproduksi 40% SBW untuk konsumsi dunia.
Sebelumnya, Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Tiongkok Djauhari Oratmangun, menegaskan bahwa pada perode Januari – Agustus 2020 ini saja, Indonesia menguasai 73% pasar SBW di Tiongkok. Volume impor China atsas SBW Indonesia periode Januari-Agustus 2020 meningkat menjadi 62,6% dari periode yang sama tahun lalu.
“SBW ini merupakan salah satu produk sangat menjanjikan untuk Indonesia dan Tiongkok yang mengubah peluang menjadi keuntungan,” jelas Dubes ini. (mulia/olo)