JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Akhirnya ketergantungan Indonesia akan baja lembaran bisa dikurangi mulai akhir tahun ini. Pasalnya, pabrik baja terpadu hasil kerja sama antara PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dengan Posco sudah mencapai 90% dan memasuki tahap uji coba operasional.
“Saat ini, perusahaan bentukan antara PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dengan Pohang Iron & Steel Company (Posco) tersebut dapat beroperasi secara komersial pada akhir 2013,” kata Menteri Perindustrian MS Hidayat pada acara kunjungan pabrik KS Posco di Cilegon, Selasa (11/6/2013).
Menurut Hidayat, untuk pembangunan pabrik baja tahap pertama KS-Posco mencapai 90% dan pabrik ini akan mrmproses batu bara cooking coal untuk menjadi cake atau kokas yang digunakan sebagai bahan bakar atau sumber panas untuk melebur besi cair di pabrik blast furnace.
PT Krakatau Posco, katanya, akan memproduksi 3 juta ton slab baja per tahun dan mengurangi impor produk baja lembaran.
“Dari 3 juta ton produksi slab baja, 1,5 juta ton slab diproduksi menjadi pelat baja (HRP) dan sisanya akan digunakan untuk kebutuhan perseroan. Sedangkan kebutuhan pasar dalam negeri untuk produk baja diperkirakan meningkat 8% sampai dengan 9% per tahun,” paparnya.
Pembangunan pabrik Krakatau Posco, lanjut Hidayat, memberikan prospek investasi yang sangat menjanjikan. Pemerintah juga memberikan insentif yang menarik bagi investasi di dalam negeri.
“Daya tarik di industri logam dasar antara lain pemberian insentif berupa tax holiday (Peraturan Menteri Keuangan 130 2011) dan tax allowance (Peraturan Pemerintah 52 2011) serta pembebasan bea masuk atas impor mesin serta barang dan bahan untuk pembangunan serta pengembangan industri dalam rangka penanaman modal (PMK 176 2009). Di samping itu, pemerintah juga mengeluarkan kebijakan perlindungan berupa Standar Nasional Indonesia (SNI) wajib, safeguard dan anti dumping,” ujarnya.
Hidayat menambahkan, pabrik tersebut nantinya akan memproduksi bahan baku baja berupa pelat dan slab untuk memenuhi kebutuhan berbagai sektor industri, yakni industri galangan kapal, otomotif, konstruksi dan manufaktur domestik, sekaligus memasok kebutuhan KS yang saat ini sedang melaksanakan proyek peningkatan kapasitas pabrik Hot Strip Mill (HSM).
“Nantinya juga akan mengeskpor ke Korea dan memenuhi kebutuhan dalam negeri masing-masing 50%,” ungkapnya. (iskandar)