SIBOLGA, CITRAINDONESIA.COM- Miris. Program konversi BBM Minyak Tanah ke Gas Elpiji 3 Kg dilaunching Wakil Presiden Jusuf Kalla, saat Kabinet  Indonesia Bersatu jilid I, tahun 2007 lalu belum memenuhi harapan masyarakat.
Masyarakat di 9 Kabupaten/kota di Sumatera Utara (Sumut) belum masih galau. Selain harga tinggi, gas itu sulit didapat alias langka. Itulah keluhan jutaan rakyat di 9 Kabupaten/kota seperti Kota Sibolga, Kabupaten Tapanuli Utara, Kabupaten Tapanuli Tengah, Kabupaten Tapanuli Selatan, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas Utara, dan Madina.
Sementara Kota Padang Sidempuan, relatif aman penyalurannya karena satu-satunya lokasi pengisian gas 3 Kg untuk melayani 9 Kabupaten/kota tersebut.
“Di 9 Kabupaten/kota di Sumut belum bisa menikmati Gas Elpiji 3 KG. Stasiunnya hanya satu (1) di Kotamadya Padang Sidempuan,” ujar Poltak, seorang warga Sibolga, Tapanuli Tengah, saat disambangi citraindonesia.id, Kamis malam (25/12/2014).
Pada malam itu, Poltak dan istrinya tengah menggoreng pisang untuk dijual kepada pelanggannya diwarung kopinya. Suasanya hujan dan sangat dingin menerisik ke tulang sum-sum. Asap ngepul. Kayu bakarnya kurang kering. Masakannya tampak kurang bagus.
Asap itu, membuat mata perih dan berurai air mata. Para pengunjung warung ikut merasakan. Tapi apa daya, Elpiji 3 Kg sulit mereka dapatkan.
“Sejatinya Pak Presiden Jokowi mendengar keluhan kami. Pak SBY kan selama menjabat, mungkin juga beliau tidak mendapatkan laporan kami dari bawahannya (Bupati/kota). Makanya kasus ini masih berlanjut entah sampai kapan,” harapnya.
Nurdin, pemilik warung lainnya membenarkan. “Ia memang gas sulit disini. Jarak tempuh antara kotanya Sibolga- Padang Sidempuan sekitar 90 Km, pakai Mobil angkutan sekitar 2,5 jam. Jalan rusak parah. Maka kita serba sulit,” keluhnya.
Kalau pun mobil agen elpiji datang sekali dua hari- harganya selangit. “Harganya Rp40.000/tabung. Ada yang Rp35.000, tapi jauh sekali. Itu di Pinang Sori, sekitar 40 menit kalau naik Ojek.
“Beginilah nasib orang kampung,” katanya curhat.
Masalah kesulitan gas ini sudah sering disampaikan warga ke pemerintah Kota Sibolga.
“Tapi gimana ya. Orang itu bilang modal bikin stasiunnya miliaran rupiah. Mana ada orang sini mampu. Dijualpun kuburan nenek moyang gak cukup,” ulas Johannes Sihombing seorang PNS di Kota itu. (zki)