SLEMAN, CITRAINDONESIA.COM- Kementerian Pertanian (Kementan) kini tengah melirik tren peningkatan produktivitas Buah Naga di Kabupaten Sleman, Jateng, Sabtu (26/5/2018). Di saat hari libur pun ‘pasukan tempur’ sesuai arahan Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, terjun ke lapangan mendorong para petani dapat meningkatkan produksi dan daya produk pertanian yang memiliki nilai ekonomis tinggi sehingga nantinya bisa diekspor.
Lalu apa yang info dari lapangan yang didapatkan Dirjen Hortikultura, Suwandi? ‘Ada 4 hektar khusus buah Naga, ada 1000 pohon perhektare. Sisanya untuk Sirsak, Alpukat, Jeruk, Srikaya, Pisang, Durian dan Sayuran’, ungkapnya yang mengunjungi destinasi Wisata Agro Sleman, Yogyakarta, Sabtu (26/5/2018).
‘Lokasinya tepat di kawasan lereng Merapi terdapat sentra buah naga yang cukup eksotik’, tambah Wandi, sapaan akrab dirjen yang satu ini seraya mengatakan buah Naga ini tanaman sejenis kaktus dari marga hylocereus, dapat tumbuh subur di Indonesia.
Pemiliknya lokasi adalah Muhamad Gunung Sutopo. Di tangan pria yang ramah, lulusan IPB ini buah Naga dibudidayakan dengan omset jutaan rupiah perbulannya. Di Kertodadi, Pakem Binangun Sleman ini, Gun Sutopo panggilan sosok yang murah senyum ini memiliki Sabila Farm, yang mengelola lahan seluas 10 hektar untuk pengembangan buah-buahan.
‘Dulu sebenarnya ini lahan tidak optimal, tapi bisa kita sulap jadi kebun buah Naga’, ungkap Gun Sutopo mengisahkan awal dari lahan yang kini bisa menghasilkan seonggok uang.
Menurutnya, tanama buah Naga ini sudah berumur 13 tahun. Dan hasilnya sudah deekspor sampai Eropa dan Amerika Latin.
‘Buah naga asal Indonesia identik wilayah tropis, sangat disukai masyarakat luar negeri. Pesaing kita dari Israel, Vietnam dan Thailand. Ini tantangan buat kita. Sabila farm banyak mempekerjakan masyarakat sekitar. Di sini juga dipakai untuk tempat pelatihan’, tuturnya.
Pada musim liburan, Sabila Farm yang dikelola Gun Sutopo selalu ramai pengunjung. Tahun lalu ada 14 ribu pengunjung dan 6 ribu di antaranya belajar magang.
‘Sabila farm sendiri sudah memperluas jaringan dan binaannya hingga tersebar di 17 lokasi baik di Jawa maupun Luar Jawa dengan 600 hektare buah naga. Pasar tidak ada masalah’, sebut Gun.
‘Generasi muda mestinya terjun ke pertanian. Prinsipnya bila ingin bertani harus niat yang kuat, tekat bulat dan nekat, ya harus Jebret Jebret Jebret gitu’, pintanya.
Wandi kemudian menimpalinya. Dimata Wandi Gun Sutopo ini sosok Petani inovatif yang mengikuti perkembangan jaman serta harus bisa mencari terobosan.
‘Ini sesuatu yang luar biasa. Bayangkan, lahan tidak produktif bisa diolah menjadi kebun buah naga’, puji Wandi.
Menurut Suwandi, jika satu tanaman bisa menghasilkan buah 20 sampai 30kg saja kita bisa panen 20 hingga 30 ton per hektarnya. Di Sabila Farm perkilo 30 ribu, berarti 900 juta rupiah. Sementara biaya perpohon hanya 250 ribu, artinya ini sudah menjadi celah bisnis yang menjanjikan.
‘Apalagi bisa memberi lapangan kerja warga sekitar juga. Tapi memang tantangan di kita adalah varietas unggul preferensi konsumen dan teknologi budidaya’, jelas Wandi salut.
Sementara itu, Kepala Bidang Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Sleman Edi Sri Harmanto menjelaskan Sleman memiliki potensi besar untuk buah naga yakni encapai 300 hektar. Apalagi permintaan masyarakat terus meningkat, buah naga mempunyai prospek yang bagus untuk dikembangkan.
‘Perbanyakan bibitnya pun mudah, bisa menggunakan cara vegetatif. Saat ini hanya ada sekitar 20 hektar buah naga di Sleman. Permintaan pasar lokal sendiri tidak pernah terputus. Selain untuk pemenuhan di wilayah Jogja sendiri, buah naga dari Sleman juga dipasok ke daerah Bogor dan Jakarta’, kata Edi. (dewi)