JAKARTA, CITRAINDONESIA.COM- Pemerintah Malaysia dan negara-negara lain di bawah Dewan Negara-negara Penghasil Minyak Sawit (CPOPC) akan “melawan” mencari intervensi dari Organisasi Perdagangan Dunia untuk melindungi sektor minyak sawit.
Perdana Menteri Tun Dr Mahathir Mohamad mengatakan langkah itu akan sangat penting untuk memerangi praktik perdagangan diskriminatif dengan melanggar hukum internasional.
“Malaysia dan negara-negara penghasil kelapa sawit lainnya meningkatkan upaya di antara para pemangku kepentingan global untuk menyebarluaskan informasi akurat tentang perkebunan kelapa sawit berkelanjutan dan untuk menangkis tuduhan palsu tentang minyak sawit dengan fakta-fakta yang kredibel,” katanya dalam pidatonya di Dewan Minyak Sawit Malaysia ( MPOB) Kongres dan Pameran Minyak Kelapa Sawit Internasional (PIPOC) 2019, abu (20/11/2019) di Malaysia.
Dilansir dari laman New Straits Times, Dr Mahathir mengatakan Malaysia tidak boleh berdiam diri atau ragu untuk mengambil tindakan balasan jika negara-negara pengimpor tertentu memilih untuk memberlakukan hambatan perdagangan yang diskriminatif terhadap negara-negara penghasil minyak sawit.
“Terlepas dari semua upaya berkelanjutan yang dilakukan oleh industri minyak kelapa sawit, di garis depan internasional, industri ini terus dikaitkan dengan deforestasi dan hilangnya keanekaragaman hayati,” tambahnya.
Dia mengatakan kampanye publisitas negatif terhadap minyak sawit terutama disebabkan oleh alasan yang terkait dengan agenda politik dan ekonomi dalam menyerang industri minyak sawit oleh juru kampanye minyak kelapa sawit dan organisasi non-pemerintah Barat.
Menteri Perindustrian Primer Teresa Kok mengatakan kementerian akan menyerahkan ‘kertas kabinet’ kepada kabinet bulan depan untuk keputusan apakah akan mengajukan keluhan diskriminatif ke WTO.
“MPI akan memiliki kertas kabinet yang sekarang sedang beredar di antara kementerian kita. Itu akan disampaikan ke kabinet untuk keputusan kasus ini ke WTO, ”katanya.
Namun, dia mengatakan kementerian perlu mendapatkan umpan balik dari kementerian terkait dan kamar jaksa agung maka hanya kertas yang akan dikutip dan dibahas dalam rapat kabinet.
“Kami sudah menyebarkan makalah dan kami berharap pada bulan depan, kami akan membahas tentang kasus ini ke WTO dalam pertemuan kabinet, maka hanya kami yang tahu bahwa kami dapat mengajukan kasus itu terhadap tindakan delegasi Uni Eropa (UE),” katanya.
Kok mengatakan beberapa komisioner UE belum ditunjuk dan masih tidak yakin apakah Inggris akan berada di UE atau tidak karena negara tersebut akan melalui pos Brexit pada bulan Desember.
“Biarkan mereka tenang dulu, baru kita yang bisa mengambil tindakan selanjutnya,” katanya.
Dia mengatakan Indonesia akan mengajukan gugatan ke WTO secara terpisah.
Sementara itu, dia mengatakan kementerian berkomitmen untuk menanam satu juta spesies pohon hutan dalam beberapa tahun ke depan terutama di lahan hutan terdegradasi di Sabah serta melindungi populasi satwa liar yang disponsori terutama oleh para pemain industri minyak sawit.
“Tahun depan, pemerintah akan menyiapkan dana khusus untuk inisiatif hijau terutama untuk penanaman pohon dan konservasi satwa liar di mana cess RM1 akan dikumpulkan dengan cess untuk tujuan ini.
“Kami juga sangat peduli untuk melindungi satwa liar kami di mana melalui Dewan Minyak Sawit Malaysia, Kementerian saya telah menyumbangkan RM1,5 juta untuk mendorong upaya konservasi orang utan dan gajah kepada Departemen Margasatwa Sabah. Ini untuk melakukan survei populasi baru, terutama pada orang utan dan gajah Pygmy di negara bagian,” katanya.
Saat ini untuk setiap metrik ton, MPOB mengumpulkan RM13 cess dari para pemain kelapa sawit dan koleksi RM1 tambahan akan untuk satwa liar dan inisiatif hijau untuk penanaman kembali hutan.
“Ini untuk menunjukkan kepada dunia bahwa industri kelapa sawit di Malaysia peduli dengan konservasi lingkungan dan margasatwa dan kami benar-benar serius dan bekerja ke arah itu,” katanya. (caca)